✿Menjemput Rezeki Yang Halal✿
❀❀.•❤• ﷲ¸¸.•*•♥♥•*¨.•❤•.✿❀❀.•❤• ﷲ¸¸.•*•♥♥
❀❀.•❤• ﷲ¸¸.•*•♥♥•*¨.•❤•.✿❀❀.•❤• ﷲ¸¸.•*•♥♥
Bismillahirrahmanirrahiim..
Assallamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
✿.❀¸.•❤•.❀ •.❀❀.❀.•❤•✿ ✿¸.•❤.
Sesungguhnya
ajaran Islam tidak melarang kita hidup dengan harta berlimpah. Bahkan
diperintahkan untuk berusaha dan bekerja keras, berlomba-lomba menjemput rezeki
yang halal. Hanya saja dalam mengusahakan dan memanfaatkan harta, dalam rangka
mencari keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan berada dalam rambu-rambu
koridor nilai-nilai kebenaran.
Kita
yakini bersama bahwa Islam adalah agama yang sempurna ajarannya universal
(menyeluruh). Mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, baik aqidah,akhlaq,
maupun muamalah,yaitu segala aktifitas dalam kegiatan ekonomi dimasyarakat luas,
dengan demikian sebagai muslim yang
bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala , harus berupaya menjadikan muamalahnya sebagai amal shaleh.
Sumber
rezeki sangatlah luas, dari bentangan bumi, di setiap jengkal hamparan bumi dan
laut adalah tempat mengais rezeki,karena itu Islam tidak
pernah melarang umatnya untuk berikhtiar
mengais rezeki dunia. Karena dengan harta yang dimiliki akan leluasa beramal
ibadah sesuai dengan diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman :
"Apabila telah ditunaikan Shalat, maka Bertebaranlah
kalian di muka bumi, dan carilah karunia ALLAH sebanyak-banyaknya dan ingatlah ALLAH banyak-banyak
agar kamu beruntung." (Q.S Al-Jum'ah : 10).
Bekerja
adalah Ibadah ghairu mahdhah, yaitu
ibadah yang di samping sebagai hubungan hamba dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala,
juga merupakan hubungan atau interaksi antara hamba dengan makhluk lainnya .
Kedudukan
seorang suami sebagai kepala dan pemimpin keluarga, bekerja demi kemaslahatan,ketenangan,kemajuan
dan menafkahi keluarganya,adalah mendapat kedudukan yang mulia.
“Diriwayatkan
dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu’Bahwa ketika baru pulang dari perang
tabuk’Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam’ditemui Sa’ad bin Mua’adz Al
Anshari dan dia berjabat tangan dengan Rasulullah, Rasulullah melihat tangan Sa'ad bin Mua’adz
yang kulitnya kehitam-hitaman dan
melepuh seperti terpanggang, Kemudian Rasulullah bertanya’..apa yang
terjadi dengan Tanganmu?’Sa’ad menjawab?’Wahai Rasulullah ,’aku menggunakan
seuatas tali dan mengolah tanah dengan cangkul, untuk menafkahi keluargaku dengan
halal‘Sehingga tanganku tebal dan kasar’’Rasulullah pun mencium tangan Sa’ad bin
Mua’adz Al Anshari (sebagai penghormatan)’Seraya berkata ‘Tangan ini tidak
pernah disentuh api neraka”.
Makna
yang terkandung di atas mengindikasikan,
bahwa Rasulullah Shallalla hu Alaihi wa Sallam, menganjurkan kita umatnya, bahwa bekerja keras dengan tangan
sendiri , merupakan tangan yang dicintai
oleh Allah Subhanahu wa Tala’ala, yang
akan membawanya menuju surga.
Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Bersabda :
“Tidaklah seseorang
memakan sebuah makanan lebih baik dari makanan yang ia peroleh dengan tanganya
sendiri.Dahulu Nabi Daud Alaihi Salam makan dari hasil kerja tanganya sendiri.”
(HR. Bukhari).
“Dari
Abu Abdullah Az Zubair bin Al Awwam Radhiyallahu Anhu., Ia Berkata : Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda :” Sungguh sekiranya salah seorang di antara kalian mengambil
beberapa utas tali, kemudian pergi ke gunung dan kembali dengan memikul seikat
kayu bakar dan menjualnya, kemudian dengan hasil itu ALLAH mencukupkan
kebutuhan hidupmu, itu lebih baik daripada meminta-minta kepada sesama manusia,
baik mereka memberi ataupun tidak.” (HR. Bukhari)
Sebagaimana kita maklumi
bersama bahwa, dunia
adalah tempat kita bercocok tanam, sedang akhirat, tempat kita menuai hasil. Islam
telah menuntun kita umatnya agar tidak memisahkan antara amal dunia dan amal
akhirat.Sebab amal dunia dengan sendirinya akan mejadi amal ibadah, dan akan
menuai ganjaran pahala untuk akhirat,asalkan bila diberengi niat ikhlas
mengharap keridhaan Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
Manusia terlahir di dunia telah, dilengkapi akal dan pikiran
oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, bekal untuk melakukan segala tindakan, yang
dikendalikan oleh akal, dengan kemampuan berpikirnya mencapai tujuan mulia.
Dengan potensi akal pikiran inilah manusia ,mampu mewujudkan keahlian dan karyanya yang
menjadi jalan untuk menjemput rezekinya masing-masing.
Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman :
“Dan setiap umat mempunyai kiblat
(sendiri) yang ia menghadap kepadanya,
maka berlomba-lombalah dalam berbuat Kebaikan.”(QS. Al Baqarah : 148).
Pada hakikatnya rezeki sudah ditentunkan, oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala kepada setiap manusia, dan semua mahluk yang ada di alam
semesta, dan tidak perlu ada kekhawatiran akan tertukar rezekinya dengan orang lain.Karena
semua sudah diatur oleh-Nya.
Untuk menggapainyapun tentulah dengan menjemputnya disertai
Doa,ikhtiar dan tawakal, karena rezeki tidak datang sendirinya ,tentunya dengan
usaha maksimal memperolehnya juga dengan cara halal,halal dalam arti ketika menyongsongnya
tidak menyimpang dari aturan Islam,tidak berlaku curang, apalagi merampas hak
orang lain.
Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Bersabda :
“Mencari
Rezeki yang Halal itu wajib sesudah menunaikan yang fardhu (seperti shalat, shaum/puasa dan
sebagainya).” (HR. Ath Thabrani
dan Al-Baihaqi)
Rezeki
yang halal yang diusahakan melalui cara yang halal, tentunya akan menghadirkan ketenangan dan ketentraman dalam
jiwa. Hidup akan lebih terarah dan menjadikan pintu-pintu keberkahan terbuka semakin
lebar. Karena dengan keberkahan rezeki yang halal, akan terus berkembang dan
menjadikan manfaat dalam kebaikan.
Perlu diketahui bahwa rezeki
tidak hanya dalam bentuk materi, rezeki bisa berupa nikmat sehat,diberi keturunan sholeh dan sholehah,dan lain
sebagainya.Demikian halnya ketika seseorang memiliki rezeki harta yang sedikit,
haruslah mesyukuri atas nikmat Allah
Subhanu wa Ta’ala’dan diterimanya dengan penuh qanaah, dan dipergunakan dalam
kebaikan maka rezeki itu akan berlipat ganda.
Walaupun rezeki berupa harta
yang dimiliki adalah halal,namun Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang kita
memboroskan harta, dan menganjurkan memberikan harta kepada yang berhak
menerimanya, dan meyedekahkan sebagian
kepada saudara-saudara kita yang kurang beruntung,kaum dhuafa dan fakir
miskin,dan hendaklah kita
mebelanjakan harta,untuk
melakukan kebaikan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman :
“Dan
Berikanlah haknya kepada keluarga-keluarga dekat, juga kepada orang miskin dan orang yang
dalam perjalanan. Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara
boros. “Sesungguhnya orang-orang yang pemboros
itu adalah saudara-saudara syaithan…....”(QS. Al Isra : 26-27).
“Hai sekalian manusia, Makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaithan, karena
sesungguhnya syaithan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”(QS. Al
Baqarah : 168)
Demikian
sekelumit sketsa sederhana mengenai menjemput rezeki yang halal, dan
memperolehnya dengan cara halal,karena bekerja adalah merupakan Ibadah,dan
menempati posisi yang mulia dalam ajaran Islam, dengan demikian rezeki tidak
datang sendirinya,perlu diusahakan maksimal,melalui doa,ikhtiar dan tawakkal
untuk menyongsongnya.
Sahabat-sahabat yang di
Rahmati Allah Subhanahu wa
Ta’ala, . Mudah-mudahan manfaat buat kita semua,yang benar haq semua datang-Nya
dari Allah Subhanahu wa Ta’ala,Yang kurang dan khilaf mohon sangat dimaafkan ’’Akhirul qalam “Wa tawasau bi
al-haq Watawa saubil shabr “.Semoga Allah
Subhanahu wa Ta’ala . senantiasa
menunjukkan kita pada sesuatu yang di Ridhai dan di Cintai-Nya
❀.•❤•Walhamdulillah Rabbil’alamin
•❤•.❀
❀❀Ukhti,,Akhi..
Sahabat Ukhuwah fillah ALL ❀❀. Silakan di Share….Semua
untuk Umat dan Syiar Islam, Kunjungi page kami dibawah ini dan klik
''Like/Suka'' untuk Bergabung. ❀ Jazzakumullahu khayran wa
Barakallahu fiikum. ❀
✿Abdul Haris Muenthazzar
✿
❀SaLaM SantuN Erat SiLatuRahmi dan UkhuWaH FillaH✿
✿¸.•❤•.❀ ✿¸.•❤•❤•.❀❀.•❤•.¸✿
Tidak ada komentar:
Posting Komentar